The Night At The Museum 2

Aku penggemar berat film The Night At The Museum. Begitu menonton sekuel pertamanya yang lucu itu, aku langsung yakin kalau versi keduanya juga pasti akan lucu. Pemeran utama masih tetap Ben Stiller. Para penghuni museum lainnya juga masih tetap muncul.



Awalnya aku agak ragu, apa yang akan membuat The Night At The Museum yang berjudul Battle Of The Smithsonian ini berbeda dari yang pertama ya? Kalau cuma meniru yang pertama, pasti kurang greget. Tapi ternyata, para pemeran dalam film ini memang mengalami penambahan. Dengan kualitas kelucuan yang juga mengalami peningkatan. Ini aku tuliskan disini ya.





Pada The Night At The Museum kedua ini, dikisahkan kalau Larry Daley(diperankan oleh Ben Stiller) ternyata sudah tidak bekerja sebagai penjaga malam lagi di museum dan sekarang sudah memiliki perusahaan sendiri dan menjadi pengusaha.



Suatu ketika dia memutuskan untuk mengujungi museum itu kembali dan melihat kondisi teman-temannya. Tapi dia sangat terkejut, karena museum itu sedang melaksanakan sebuah perubahan besar-besaran. Dr. McPhee (diperankan oleh Ricky Gervais memutuskan untuk mengganti patung-patung lilin tersebut dengan efek tiga dimensi yang lebih canggih lagi.



Dalam metode tiga dimensi ini, para penghuni museum diganti menjadi seperti cahaya saja, namun dapat berbicara dan memperkenalkan dirinya seperti layaknya orang yang berbicara. Hanya saja wujud mereka hanya berupa cahaya tiga dimensi, jadi tidak bisa disentuh. Karena itu pulalah para boneka lilin pun disingkirkan dan akan disimpan di ruang bawah tanah. Karena sudah dianggap tidak diperlukan lagi.



Hampir seluruh penghuni lama akan disingkirkan, kecuali Theodore Roosevelt (yang diperankan oleh Robin Williams beserta kudanya dan Ahkmenrah (diperankan oleh Rami Malek) si firaun Mesir pemilik tabulet ajaib yang selama ini telah membuat seisi museum itu hidup. Oh ya, tak lupa juga si patung dinosaurus menyeramkan yang bertingkah seperti anjing jinak juga ternyata tidak dipindahkan karena berukuran terlalu besar. Dan karena tabulet itu juga akan tetap tinggal di museum, maka penghuni museum yang dipindahkan tidak akan bisa hidup lagi, termasuk juga Sacajawea (yang diperankan oleh Mizuo Peck).



Semua patung lilin lainnya akan dipindahkan ke tempat bernama Smithsonian dan berkumpul dengan penghuni museum yang baru. Museum ini lebih luas dan lebih canggih. Tanpa sepengetahuan mereka, si monyet langka yang nakal berhasil mencuri tabulet ajaib itu dan membawanya ke Smithsonian. Akibatnya, semua penghuni Smithsonian juga menjadi hidup di tengah malam.





Malangnya, di dalam museum baru ini, tinggallah Kahmunrah (yang diperankan oleh Hank Azaria), saudara dari Ahkmenrah yang sangat dibencinya. Kahmunrah memiliki sifat yang jahat. Begitu mengetahui kalau tabulet itu bisa membuatnya hidup, Kahmunrah berniat menguasai benda itu, untuk memastikan dirinya bisa tetap hidup dan berniat untuk menguasai dunia modern.



Larry datang ke Smithsonian dengan niat untuk membantu rekan-rekannya dari penindasan Kahmunrah yang jahat. Di museum ini juga ia bertemu dengan Amelia Earhart (diperankan oleh Amy Adams), pilot wanita pertama. Amelia kemudian membantu Larry untuk menyelamatkan teman-teman lilinnya yang lain.





Disinilah berbagai kelucuan khas The Night At The Museum dimulai. Karena penghuni Smithsonian sangat banyak, maka tokoh yang muncul pun bertambah. Misalnya, ketika Larry dan Amelia berciuman di dekat air mancur yang berhiaskan tiga patung cupid, maka cupid-cupid itu pun bernyanyi, seperti khasnya ketika ada orang yang sedang memadu cinta. Dan lagu yang dinyanyikan adalah: More Than A Woman dari Beegees.



Lalu ketika Kahmunrah mengajak serta para penjahat dunia yang lain seperti Al Capone (diperankan oleh Jon Bernthal), Ivan si Tsar Rusia (diperankan oleh Christopher Guest) dan Napoleon Bonaparte (diperankan oleh Alain Chabat) untuk bekerja sama dengannya, situasi jadi bertambah lucu. Karena keempat tokoh itu berasal dari zaman dan latar belakang yang sama sekali berbeda. Namun karena memang dasarnya semuanya merupakan penguasa-penguasa tiran, mereka bisa bekerja sama dengan baik.



Maka kejar-kejaran pun dimulai. Larry dipaksa untuk memberitahukan kode untuk mengaktifkan tabulet itu, atau temannya Jedediah Smith (diperankan oleh Owen Wilson) akan tewas. Karena Kahmenrah telah mengurungnya dalam sebuah jam pasir. Kalau Larry tidak segera menemukan kodenya, maka Jedediah akan tewas terkubur dalam pasir jam itu.



Amelia pun membantunya untuk mencari-cari siapa yang mungkin tahu tentang kode itu. Akhirnya mereka berhasil menemui Albert Einstein (suaranya diperankan oleh Eugene Levy) yang kemudian memberitahukan kode tabulet itu. Kahmenrah akhirnya berhasil menggunakan tabulet itu untuk membuka gerbang kematian dan memanggil prajurit-prajurit kuno-nya yang sama jahat dengan dirinya.



Prajurit-prajurit kuno ini berbentuk manusia namun berkepala burung. Dan Kahmenrah sudah bersiap-siap untuk membawa pasukannya keluar, ketika Octavius (diperankan oleh Steve Coogan) si miniatur panglima Romawi berhasil mencegahnya dengan membawa patung raksasa Abraham Lincoln (diperankan oleh Hank Azaria juga) dan berhasil menakut-nakuti pasukan burung itu. Mereka memilih untuk masuk kembali ke gerbang kematian dan buru-buru menutup pintunya.



Hal ini menimbulkan kemarahan dari Kahmerah maka perang pun pecah. Namun Larry mendapat bantuan dari kawan-kawannya, karena ternyata Amelia berhasil membebaskan mereka dari kurungan yang dibuat oleh Kahmenrah. Dalam perang itulah mereka berhasil menjebak Kahmenrah agar masuk ke gerbang kematian juga, lalu mengunci pintunya dengan tabulet itu untuk selamanya.



Larry akhirnya menyadari kalau pekerjaan sebagai penjaga malam museumlah yang sebenarnya disukainya. Maka, diam-diam ia menjual perusahaan besarnya itu kemudian menyumbangkan hasilnya untuk museum, agar museum itu bisa kembali beroperasi seperti semula, lengkap dengan patung-patung lilinnya.



Dan uniknya, Larry mendapat ide untuk memanfaatkan hidupnya penghuni-penghuni museum itu di waktu malam, sebagai daya tarik untuk memancing pengunjung. Ia mengusulkan agar museum memperpanjang waktu tutupnya sampai tengah malam, sehingga pengunjung bisa berinteraksi dengan para penghuni museum yang hidup itu. Tapi pengunjung tidak benar-benar menyadari keadaan aneh itu, karena Larry mengatakan kalau penghuni museum itu terlihat hidup karena rekayasa teknologi belaka. Sementara itu ia memastikan agar seluruh penghuni museum tidak membocorkan rahasia mereka juga.



Pengunjung yang datang di waktu malam, bisa melihat fosil dinosaurus raksasa yang bergoyang-goyang. Namun ia selalu mengejutkan para pengunjung yang menganggapnya hanya mainan. Lalu Ahkmenrah menjelaskan tentang sejarah Mesir kuno kepada sekelompok murid. Attila the Hun (diperankan oleh Patrick Gallagher) menceritakan tentang sejarah Mongol kepada anak-anak. Dan Thodore Roosevelt berkuda dengan bebas di sekeliling museum sambil memperkenalkan dirinya sebagai mantan presiden Amerika. Sejak saat itulah The Night At The Museum tidak lagi menjadi rahasia Larry saja. Karena ia berhasil membuat masyarakat bisa menikmati keajaiban itu, tanpa harus membuka rahasia yang sebenarnya.



Dr. McPhee sangat gembira melihat kemajuan museum itu. Dia bersyukur kalau ada orang kaya yang diam-diam menyumbangkan uangnya untuk membangun museum itu, tanpa menyadari kalau orang kaya itu adalah Larry sendiri. Namun ia sangat senang karena Larry kembali bekerja sebagai penjaga malam. Karena menurutnya, tak ada yang mampu membuat museum itu menjadi lebih baik kecuali Larry sendiri.



Ini adalah alur utama ceritanya. Aku tidak bisa menulis semua adegan lucu yang ada di film ini. Karena adegan-adegan itu akan terlihat lucu kalau ditonton, bukan diceritakan.



أحدث أقدم