Perfume: The Story Of Murderer



Dia bisa menguasai dunia ini dengan sebotol kecil parfum yang dikantonginya. Hanya sebotol kecil, tidak sampai setengah liter. Hanya dengan itu saja, orang-orang akan memujanya dimanapun dia berada. Padahal dia hanyalah seorang remaja kurus, miskin, yang sudah membunuh 25 perempuan muda dan cantik. Karena kegilaannya. Karena indra penciumannya yang luar biasa. Film yang berlatar belakang Prancis pada abad ke-18 ini, mengingatkanku pada Dangerous Liaisons yang kutulis kemarin. Setting film yang sangat bagus dan diangkat dari kisah novel juga, dengan judul yang sama karangan Patrick Suskind.



Jean-Baptiste Grenouille (diperankan oleh Ben Whishaw ) adalah seorang anak yatim piatu yang terlahir di jalanan kumuh kota Paris. Dia tidak mahir berbicara sehingga semua orang menjauhinya. Tapi dia dianugerahi indera penciuman yang luar biasa. Sayangnya, dia dijual ke sebuah pabrik penyamakan kulit yang bau, sehingga dia sangat tersiksa dengan aroma yang harus dihirupnya setiap hari itu.



Ketika sedang mengantarkan pesanan kulit ke kota, Grenouille mengenal cairan wangi bernama parfum, racikan seorang ahli parfum terkenal di Paris bernama Giuseppe Baldini (diperankan oleh Dustin Hoffman). Dia sangat menyukai wangi parfum itu dan berusaha keras untuk menemukan materi apa saja yang telah membuatnya begitu wangi.



Ketika sedang sibuk mencari-cari aroma yang mungkin saja berada diantara campuran parfum itu, tiba-tiba saja ia mencium sebuah aroma yang sangat wangi yang belum pernah diciumnya sebelumnya. Ternyata aroma wangi yang diciumnya itu berasal dari seorang gadis penjual buah yang sedang berjalan beberapa meter di depannya. Gadis itu miskin jadi tidak mungkin mengenakan parfum. Jadi aroma wangi yang diciumnya itu sudah pasti berasal dari aroma alami tubuhnya.



Ketika itulah Grenouille menemukan aroma yang paling wangi diantara semua campuran parfum biasa. Aroma gadis muda yang cantik. Saking terobsesinya dengan aroma wangi ini, Grenouille mulai membunuhi satu-persatu gadis cantik di kota itu. Dia membuat suatu ramuan dari lemak hewan, yang bisa menyimpan aroma tubuh gadis itu. Hanya saja, caranya memang aneh. Dia harus mengoleskan lemak itu ke sekujur tubuh si gadis, lalu mengeruk kembali lemaknya dari kulitnya dengan menggunakan sebuah pisau. Tapi tentu saja, semua gadis yang dimintanya menjadi sukarelawan akan ketakutan dan menolak. Akhirnya dia membunuhnya. Gadis pertama yang dibunuhnya adalah si penjual buah yang ditemukannya di jalan.



Sejak saat itulah dia mulai membunuhi setiap gadis cantik yang ada di kota itu. Seluruh penduduk kota ketakutan. Tuduhan diarahkan kepada pria miskin dan belum menikah yang bertebaran disana. Akibatnya, banyak yang menjadi korban, dibunuh karena dicurigai. Pihak gereja sudah mulai resah dengan kericuhan ini. Mereka beranggapan kalau setan-lah yang berada dibalik semua kejadian buruk ini. Dan memutuskan untuk mengundang Kardinal agar mendoakan kota itu ada bebas dari kuasa jahat.



Bertepatan dengan munculnya sang Kardinal, salah seorang penjahat yang ditangkap mengaku kalau dia adalah si pembunuh gadis-gadis muda itu. Seisi kota menjadi lega. Tak ada lagi yang merasa takut keluar malam. Mereka kembali berpesta seperti sebelum kejadian pembunuhan itu berlangsung. Tanpa mereka sadari Grenouille mengintip dari balik kegelapan, merasa beruntung dengan kejadian yang tidak terduga ini.



Sebenarnya ia mengincar seorang gadis berambut merah yang sangat cantik bernama Laura (diperankan oleh Rachel Hurd-Wood). Hanya saja Laura berbeda dengan korban-korbannya sebelumnya karena ia putri seorang bangsawan kaya. Sementara korban-korbannya yang lain adalah gadis miskin atau bahkan pelacur, sehingga lebih mudah didapatkan. Lemak dari tubuh gadis-gadis korbannya itu kemudian disulingnya, sehingga berubah menjadi ekstrak parfum sebanyak satu sendok makan. Masing-masing dimasukkannya ke dalam botol kecil yang terpisah. Ketika akhirnya botol ke-24 terisi, maka tinggal Laura-lah yang harus di dapatkan. Aroma tubuhnya yang akan mengisi botol ke-25.



Ayah Laura, Richis (diperankan oleh Alan Rickman) tidak begitu saja percaya kalau pembunuh berantai itu sudah tertangkap. Dia yakin, kalau yang mengaku itu bukan pembunuh yang mereka cari, dan yang sebenarnya masih berkeliaran mencari mangsa. Karena itulah dia begitu protektif menjaga putrinya dan melarangnya berada di luar rumah terlalu lama. Tapi Laura adalah gadis remaja yang periang, dia tidak suka terlalu dikungkung oleh ayahnya. Karena itu, ayahnya memutuskan untuk membawa Laura ke luar kota dan menitipkannya di sebuah biara, sampai pembunuh itu ditangkap.



Mereka berangkat dini hari dengan naik kuda. Richis merancang agar rombongan mereka dibagi dua. Satu rombongan yang membawa perlengkapan mereka berjalan lewat jalur selatan, sementara mereka berdua melewati utara. Tapi penciuman Grenouille yang sangat luar biasa, tidak bisa ditipu. Ia tetap bisa menemukan keberadaan Laura, hanya dengan menghirup napas dalam-dalam, berusaha menghirup aroma gadis cantik itu. Dan dia pun berhasil menemukannya. Dan membunuh Laura ketika sedang tidur di kamarnya. Ia lalu menyuling lemak tubuh Laura dan mencampurnya dengan ke-24 botol kecil yang sudah dimilikinya. Terkumpullah satu botol kecil berisi beberapa mili liter inti parfum dari ke-25 gadis muda dan cantik yang sudah dibunuhnya.



Pada saat itulah Richis berhasil menangkapnya dan melaporkannya ke pihak yang berwajib. Mereka merencanakan hukuman yang sangat kejam untuk Grenouille. Hukuman ini sangat terkenal di Paris pada masa itu. Dimana penjahat akan diikat di sebuah kayu. Lalu seorang algojo akan memukul dua belas sendi pada tubuhnya hingga patah. Ini adalah proses kematian yang sangat menyakitkan dan lama. Sehingga penjahat itu akan merasakan sakit yang amat luar biasa terlebih dahulu, baru kemudian mati.



Ketika dijemput dari penjara, Grenouille mengeluarkan botol parfumnya. Dan tanpa sengaja mengeluarkan beberapa tetes ke tangannya. Tanpa diduga, setelah mencium aroma parfum itu, kepala penjara berubah sikap dan tunduk menyembahnya. Ia bahkan memberikan bajunya yang mewah untuk dipakai oleh Grenouille. Juga memberikan kereta kudanya untuk dipakai Grenoullie ke lapangan tempat dia akan dieksekusi.



Ribuan massa yang sudah menunggu dengan marah di lapangan terheran-heran melihat penjahat yang akan dieksekusi itu datang dengan mobil mewah milik pejabat dan mengenakan baju mahal yang kebesaran. Karena kepala penjara itu gendut, sementara Grenouille sangat kurus. Ketika ia sudah berada di atas panggung tempat eksekusinya, dia mengeluarkan sapu tangan sutera dari kantongnya dan memercikkan sedikit parfum miliknya ke ujung saputangan.



Sang eksekutor yang terlihat besar dan bengis langsung berlutut menyembahnya dan berseru kepada orang banyak kalau Grenouille tidak bersalah. Orang-orang sampai heran. Grenouille semakin bersemangat. Ia lalu melambai-lambaikan saputangan itu ke arah orang banyak, khususnya ke arah Kardinal yang berada agak jauh darinya. Seketika, semua orang yang seperti melayang dan lupa diri. Bahkan Kardinal jatuh berlutut dan menyebut kalau Granouille bukanlah manusia.

”He is an angel. He is an angel.” Katanya.

Dan dalam sekejab, kerumunan orang ramai itu berlutut menyembahnya lalu pingsan tak sadarkan diri.



Di akhir cerita ditunjukkan kalau Grenouille berjalan sendirian menuju ke tempat kumuh tempat ia dilahirkan. Dalam perjalanan ia berpikir kalau parfum yang dimilikinya ini tak ada artinya sama sekali. Parfum itu memang bisa membuat dia memperbudak seisi dunia. Dia bisa mengirim surat yang ditetesi parfum itu kepada Paus dan mengatakan kalau ia adalah Mesias yang baru. Tapi Grenouille tidak melakukannya.



Sehebat apapun parfum itu, tidak akan bisa membuat orang lain mencintainya dengan tulus. Mereka hanya mencintainya karena parfum itu. Dan gadis yang dicintainya, si penjual bunga di jalan kumuh yang pertama dibunuhnya, tidak akan hidup kembali. Meskipun dia memiliki satu tong besar parfum ajaib itu, tetap saja dia akan sendirian di dunia ini. Kesepian. Akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke daerah yang membesarkannya dulu. Di jalanan kumuh kota Paris.



Sesampainya disana, dia melihat segerombolan pengemis dan gelandangan yang sedang berkumpul mengelilingi api unggun kecil. Grenouille lalu menuangkan seluruh isi botol iti ke tubuhnya. Semua gelandangan itu menoleh ke arahnya dan terpesona. Dengan menjerit-jerit mereka lari mendekatinya dan mengerubunginya. Rasa cinta yang mereka rasakan begitu besarnya sehingga mereka semua memakan Grenouille hidup-hidup, tanpa tersisa. Tulang belulangnya pun habis. Begitulah akhir si peracik parfum yang ahli. Tewas karena dimakan oleh gelandangan. Ternyata, kekuasaan terbesar sekalipun tidak bisa membuat seseorang bahagia.(2007)



Lebih baru Lebih lama